Seiring dengan pesatnya perkembangan komputer, internet dan teknologi
informasi komunikasi (TIK) di dalam dalam konteks kultural kita, pemahaman,
keahlian dan penggunaannya dirasakan semakin mendesak. Kita sebagai masyarakat
informasi diharapkan tidak hanya cakap dalam membaca dan menulis, tetapi dalam
rangka menghimpun wawasan yang lebih luas untuk pendidikan dan kemampuan
bertahan hidup, kecakapan multimedia mutlak adanya.
Multimedia adalah penggunaan beberapa bentuk media yang berbeda dalam menyampaikan
informasi. Beberapa dari bentuk media itu telah menjadi bagian dari komunikasi
dan publikasi global: teks, audio, grafis, animasi, video dan interaktivitas.
Bentuk yang lain adalah realitas virtual, pemrograman komputer, teknologi robot
dan lain sebagainya adalah beberapa entitas lain yang kelak menjadi entitas
bentuk itu.
Dengan luasnya penggunaan komputer, kecakapan dasar membaca dan menulis
seringkali dilakukan melalui komputer, menyediakan fondasi yang kuat dalam
kecakapan multimedia yang lebih baik.
Definisi lama mengenai kecakapan adalah mengacu pada membaca, menulis,
mengeja, mendengar dan berbicara. Bahkan lebih khusus lagi dikembangkan pada
konsep kecakapan media yang fokus pada berbagai bentuk media tradisional
seperti suratkabar, televisi dan radio. Sasaran pendidikan dalam bidang ini
adalah usaha dalam menumbuhkan sikap kritis dalam mengonsumsi media. Dan
ditegaskan bahwa media ada entitas yang dikonstruksi agar setiap pesan yang
disampaikan tampak alami, padahal pada kenyataanya tidak. Kemampuan mendistorsi
media muncul dalam segala aspek. Dan media sangat potensial dalam bias-bias
pesan. Apalagi dengan kemampuan teknologi komputer saat ini, aspek teknis dan
visualisasi bukan tidak mungkin semakin membuat pesan media terlihat semakin manipulatif.
Maka tidak menunggu kondisi itu semakin parah, kecakapan multimedia dalam
tahapan berpikir kritis dan produksi harus dilakukan.
Beberapa pengamat sepakat bahwa definisi kecakapan seharusnya diperluas,
tidak hanya berkutat pada media tradisional saja. Misalnya, di Amerika Serikat,
Dewan Nasional Guru Bahasa Inggris dan Asosiasi Membaca Internasional
menambahkan representasi visual pada daftar kompetensi tradisional kecakapan.
Sejak komputer dan internet berkembang pesat sejak tahun 1990-an, beberapa
pihak berpendapat definisi kecakapan harus memasukkan kemampuan dalam
menggunakan dan berkomunikasi dalam tataran teknologi. Teknologi modern
membutuhkan penguasaan yang baik terhadap perangkat-perangkat baru seperti
browser internet, aplikasi pengolah kata dan pesan teks. Hal ini menimbulkan
ketertarikan pada dimensi baru komunikasi yang disebut sebagai kecakapan
multimedia.
Di Indonesia sendiri baru sekitar tiga tahun belakangan konsep multimedia
dijadikan acuan sebagai kompetensi dalam wawasan pendidikan, pengetahuan dan
peluang bekerja di perusahaan dan berwirausaha. Atau mengacu pada Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasioanal disebut sebagai Program Keahlian Multimedia. Hal
ini dikonkretkan dalam STM TIK (Sekolah Teknik Menengah Teknologi Informasi Komunikasi).
Standar kompetensi keahlian yang digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum
Program Keahlian Multimedia adalah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) pada Bidang Teknologi Informatika.
Program Keahlian Multimedia membekali peserta didik dengan keterampilan,
pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam 3 hal: Pertama, mengoperasikan
peranti lunak dan periferal ilustrasi digital, pencitraan digital dan desain
web. Kedua, mengoperasikan peranti lunak dan periferal multimedia, presentasi,
animasi 2D dan 3D. Ketiga, mengoperasikan peranti lunak dan periferal audio dan
video digital dan efek visual.
US$ 200 Ribu Setiap Bulan
Tidak sedikit kaum remaja yang memiliki kemampuan dan keahlian pada kecakapan baru yang berhubungan dengan penggunaan peranti-peranti online berkarakter digital, seperti weblog, social networking site, situs sharing video dan musik dan lain sebagainya. Dan bukan hal yang mengejutkan beberapa dari mereka mengubah kemampuan tersebut menjadi uang. Ada puluhan weblogger di Amerika Serikat, ditambah orang-orang muda di Eropa dan Australia menjadi kaya raya dalam hitungan 5 tahun, bahkan kurang. Melalui weblog yang bertemakan hal yang ramah tamah mulai dari kucing hingga politik, mereka bisa menarik para pemasang iklan dengan laba kotor lebih dari 10 ribu dolar setiap bulan.
Tidak sedikit kaum remaja yang memiliki kemampuan dan keahlian pada kecakapan baru yang berhubungan dengan penggunaan peranti-peranti online berkarakter digital, seperti weblog, social networking site, situs sharing video dan musik dan lain sebagainya. Dan bukan hal yang mengejutkan beberapa dari mereka mengubah kemampuan tersebut menjadi uang. Ada puluhan weblogger di Amerika Serikat, ditambah orang-orang muda di Eropa dan Australia menjadi kaya raya dalam hitungan 5 tahun, bahkan kurang. Melalui weblog yang bertemakan hal yang ramah tamah mulai dari kucing hingga politik, mereka bisa menarik para pemasang iklan dengan laba kotor lebih dari 10 ribu dolar setiap bulan.
Saya berdecak kagum saat membaca laporan menyeluruh dari situs web businessweek.com belum lama ini. Dalam warta
yang bertajuk How Top Blogger Earn Money tersebut dipaparkan perjuangan dan
kerja keras 14 blogger menggunakan kekuatan internet dalam memaksimalkan hasrat
dasar manusia dalam berkomunikasi yang bisa menghasilkan uang. Jake Dobkin yang
mendirikan Gothamist.com misalnya mampu
meraup laba US$ 50 ribu hingga US$ 60 ribu setiap bulan! Yang lebih mengagumkan
adalah Tech Crunch yang didirikan Michael Arrington pada Juni 2005 lalu.
Pada tahun 2006 saja ia mampu menambah pundi-pundinya sebesar US$ 200 ribu
setiap bulan.
Beberapa perusahaan hanya mempekerjakan tidak sampai sepuluh orang yang berperan sebagai penyunting, pemelihara situs web dan administrator. Dan kebanyakan dari mereka sebelumnya belum pernah bersentuhan erat dalam dunia media tradisional seperti suratkabar atau televisi.
Beberapa perusahaan hanya mempekerjakan tidak sampai sepuluh orang yang berperan sebagai penyunting, pemelihara situs web dan administrator. Dan kebanyakan dari mereka sebelumnya belum pernah bersentuhan erat dalam dunia media tradisional seperti suratkabar atau televisi.
Mereka hanyalah orang biasa yang memang gemar bekerja keras dan sangat yakin
bahwa teknologi memiliki peran penting bagi mereka dalam bertahan hidup.
Sungguh hal ini membuktikan kecakapan multimedia mampu mendatangkan keuntungan
finansial.
Seberapa Penting?
Kecakapan multimedia adalah bagian dari isu utama penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. Walaupun ada tuntutan untuk menggunakan komputer secara efektif dalam peradaban sosial saat ini, tetapi beberapa pihak masih mempertanyakan sifat kealamian dari cara belajarnya.
Kecakapan multimedia adalah bagian dari isu utama penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. Walaupun ada tuntutan untuk menggunakan komputer secara efektif dalam peradaban sosial saat ini, tetapi beberapa pihak masih mempertanyakan sifat kealamian dari cara belajarnya.
Beberapa orang menilai hal tersebut hanyalah sekadar keahlian teknis. Yang
lain justru memandang bahwa penggunaan teknologi komunikasi dan informasi
memberikan pengaruh yang sangat besar dan signifikan dalam proses belajar.
Avarim dan Talmi mengindentifikasi beberapa kelompok aktif menggunakan TIK
dalam pendidikan, termasuk teknokrat, yang melihat bahwa TIK adalah hal yang
non-problematik dan hal sederhana dalam menggunakan peranti baru. Dan kaum
Reformis, yang memandang TIK adalah entitas penting dalam perubahan sistem
pendidikan.
Pendukung TIK yang memandang pentingnya teknologi informasi dan komunikasi
diterapkan dalam proses belajar memahami bahwa TIK memotivasi para pelajar,
peranti yang sangat berguna dalam mengolah teks, kreasi seni, musik, model,
presentasi, film dan lain-lain yang menghasilkan produk berkualitas tinggi,
komunikasi mudah melalui teks, suara dan video serta akses cepat terhadap
informasi dan sumber lainnya.
Berikut contoh pengenalan TIK dasar untuk pemula:
Bahan Kontemplasi
Dalam konteks kebangsaan kita saat ini harus diakui usaha pendidikan multimedia
butuh kerja keras ekstra. Bagi yang bersikap pesimistis menilai tidak akan
mungkin terjadi dalam waktu yang cepat ketika masih ada jutaan penduduk miskin
kita yang masih buta huruf. Bagaimana kita berharap mereka menggunakan internet
dan mendapatkan manfaat dari itu.
Kita ini seperti atlet yang kekurangan energi berlomba dengan negara lain.
Dibandingkan dengan lawan jarak lompatan kita sangat pendek sekali. Hingga pada
saat tertentu kita lambat menyadari bahwa atlet yang lain yang pada saat di
garis start memiliki energi yang tidak jauh berbeda dengan kita, menggunakan
tambahan energi yang sama sekali tidak kita ketahui untuk melompat ke tahapan
yang lebih tinggi dari kita.
Tetapi tentu ada harapan dari segala kesulitan. Mudah-mudahan dengan
rampungnya perbaikan infrastruktur telekomunikasi melalui Proyek Palapa Ring
pada tahun 2009 kita bisa merasakan manfaat dunia TIK bagi kelangsungan
kehidupan Nusantara tercinta ini. Hal seperti ini setidaknya bisa menjadi bahan
kontemplasi dalam suasana peringatan kemerdekaan Republik Indonesia. Semoga di
masa depan Indonesia jaya dengan kemampuan TIK-nya!
Sumber:
Komentar
Posting Komentar